SEI TATAS, Kegiatan pelatihan penerapan kurikulum Merdeka di SMPN 1 Pulau Petak pada Kamis (15/06/2023) melibatkan tiga sekolah dengan peserta sebanyak 32 orang, para narasumber yang telah melaksanakan Kurikulum Merdeka dan kompeten dibidangnya, ungkap Abriansyah, Kepala SMPN 1 Pulau Petak, saat melaporkan kegiatan.
Ditambahkannya bahwa kebutuhan yang pertama adalah kebutuhan akan pemahaman yang mendalam tentang kurikulum merdeka. Namun, pemahaman saja masih belum cukup maka diperlukan adanya penguatan terhadap pemahaman guru terkait penerapan kurikulum merdeka. “ Walaupun baru dalam pilihan opsi Mandiri Belajar kami berharap selalu mendapat dukungan dari Disdik, pendampingan dari pengawas bina dan teman-teman narasumber, karena bukan kegiatan kali ini saja kita laksanakan, Insya Allah awal tahun ajaran kami akan melaksanakan kegiatan pendampingan kembali “ imbuhnya lagi.
Wayan Sindra yang juga Kepala SMPN 2 Basarang, dalam paparannya mengenai KSOP dan hal-hal yang fundamental yang membedakan dengan kurikulum sebelumnya. Dikatakannya bahwa, kurikulum diartikan sebagai suatu jalan yang harus ditempuh oleh setiap satuan pendidikan agar anak dapat menjadi manusia sesungguhnya, yakni dengan mengembangkan potensi diri yang dimiliki. Menurutnya lagi, bahwa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi KOSP, setiap pihak perlu menyadari peran yang dimiliki sangat penting. " Kita berjalan bersama adalah untuk menghantarkan peserta didik kepada tujuannya sesuai dengan bakat, minat, dan kebutuhannya di dalam proses pembelajaran ".
Agathe Guru Sekolah penggerak SMPN 2 Selat yg juga Bendahara
Komunitas GP Kapuas memaparkan dan berbagi pengalaman tentang penerapan
kurikulum merdeka disekolahnya. “ Pengembangan dalam Kurikulum Merdeka
sebelum menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), guru harus
melakukan asesmen awal kepada peserta didik. Tujuannya yaitu untuk mengetahui
anak sudah bisa apa saja. Kompetensi awal peserta didik harus menjadi patokan
guru mengajar, bukan target materi yang harus dicapai dijadikan patokan
sehingga pembelajaran akan lebih bermakna dan sesuai dengan kebutuhan,”
katanya. Diuraikannya juga tentang CP,
ATP, Modul Ajar serta praktek langsung pemanfaatan dan fitur-fitur yang
terdapat dalam PMM (Platform Merdeka Belajar).
Pun Guru Penggerak dan Ketua MGMP Bahasa Inggris Kapuas Isnawati berbagi parktik baik yang sangat menarik yakni tentang P5 (project penerapan profil pelajar pancasila) dan assessment pembelajaran. Dikatakannya bahwa P5 Kurikulum Merdeka adalah sebuah sistem pembelajaran yang bertujuan untuk mengamati dan menemukan solusi terhadap permasalahan di sekitar. Sistem pembelajaran P5 mengedepankan lima aspek, yakni potensi diri, pemberdayaan diri, peningkatan diri, pemahaman diri, dan peran sosial. Dengan demikian, sistem pembelajaran P5 diharapkan mampu mencetak profil Pelajar Pancasila.
Kegiatan hari itu ditutup dengan materi Kompetensi Sosial Emosional (KSE) oleh Aristanika Fasil GP / Guru BP BK pada SMKN 2 Kuala Kapuas. Dikatakannya bahwa ada lima kompetensi sosial emosional (KSE), kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. “Untuk mengakomodasi kebutuhan perkembangan siswa, para guru juga menuntun proses berpikir anak agar mereka semakin selaras dengan sesamanya dan lingkungannya. Guru pada periode ini menuntun anak untuk melakukan, membiasakan, menginsyafi, hingga akhirnya menyadari mengapa mereka (misalnya) melakukan kebiasaan baik yang mereka lakukan di sekolah, “ ujarnya lagi.