KOMUNITAS PRAKTISI (Lokakarya 2 Guru Penggerak)


 

Komunitas Praktisi merupakan strategi pelengkap bagi pengembangan profesi yang berkelanjutan. Konsep Komunitas Praktisi sudah banyak diterapkan oleh berbagai profesi dan penting pula diterapkan oleh para aktor utama dalam pendidikan yaitu guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah. 

Istilah Komunitas Praktisi diperkenalkan oleh Etienne Wenger dalam bukunya Community of Practice. Komunitas Praktisi adalah “Sekelompok individu yang memiliki semangat dan kegelisahan yang sama tentang praktik yang mereka lakukan dan ingin melakukannya dengan lebih baik dengan berinteraksi secara rutin” (Wenger, 2012). Praktik yang dimaksud bergantung pada konteks peran sehari-hari anggota komunitas praktisi. Praktik dalam Komunitas Praktisi Guru dapat berupa praktik mengajar dan interaksi dengan murid atau orang tua.

Komunitas Praktisi memiliki 5 tujuan :

  1. Mengedukasi anggota dengan mengumpulkan dan berbagi informasi yang berkaitan dengan masalah dan pertanyaan tentang praktik pengajaran dan pembelajaran
  2. Memberi dukungan pada anggota melalui interaksi dan kolaborasi sesama anggota
  3. Mendampingi anggota untuk memulai dan mempertahankan pembelajaran mereka
  4. Mendorong anggota untuk menyebarkan capaian anggota melalui diskusi dan berbagi
  5. Mengintegrasikan pembelajaran yang didapatkan dengan pekerjaan sehari-hari

Komunitas Praktisi memberikan wadah bagi para guru untuk belajar dan berpartisipasi dalam pengembangan diri mereka. Interaksi dan dialog antara anggota komunitas dapat berupa berbagi kekhawatiran, masalah, dan praktik baik untuk direfleksikan bersama-sama. Dengan begitu, anggota komunitas dapat saling dukung untuk mandiri dan berdaya memenuhi kebutuhan profesionalismenya. 

Penting bagi semua anggota komunitas untuk berkontribusi dan memanfaatkan semua aktivitas di dalam komunitas. Saat ini, pelatihan Guru selalu menjadi strategi utama untuk pengembangan profesional, padahal berbagai riset membuktikan bahwa pelatihan tidak cukup untuk memberikan perubahan pada praktik mengajar guru. Pelatihan memiliki banyak keterbatasan untuk bisa kontekstual menyasar langsung kebutuhan guru. Saat pelatihan, Guru mendapat pengetahuan dan keterampilan baru yang dapat diimplementasikan di kelas, namun biasanya setelah penerapan, tantangan-tantangan baru terhadap praktik baru juga akan muncul dan tantangan tersebut belum pernah dibahas sebelumnya di kelas pelatihan. Komunitas Praktisi memberikan ruang bagi guru untuk mendiskusikan dan mencari solusi atas tantangan tersebut sehingga semangat guru untuk menerapkan hasil pelatihan tidak luntur.

Dalam menjalankan peran sebagai penggerak komunitas, guru penggerak menjalin kemitraan dengan beberapa pihak terkait, antara lain :

1. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten / Kota

2. Pengawas Sekolah


3. Kepala Sekolah